Dalam makna memberi itu posisi kita sangatlah kuat.Kita tak perlu kecewa atau terhina oleh sebuah penolakan, atau lemah dan melankolis saat kasih kandas karena takdirNya.Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah "Pekerjaan Jiwa" yang besar dan agung,yaitu MENCINTAI.*
Umar:"Ya Rasulullah, Aku Mencintaimu seperti kucintai diriku sendiri"
Beliau SAW: "Tidak wahai Umar.Engkau harus mencintaiku melebihi cintamu pada diri dan keluargamu." (sambil Beliau tersenyum)
Umar: "Ya Rasulullah,mulai saat ini engkau lebih kucintai dari apapun didunia ini."

Dan cinta Umar bin Khattab berubah dalam sekejab. Sebegitu mudahkah wahai Umar cinta diri digeser kebawah untuk memberi ruang pada sang Nabi,?.Alangkah indahnya jika generasi muda skarang  (termasuk aq) bisa begitu.Hanya dalam sekejab.

Bagi kita tak semudah itu. Cinta berhubungan dengan ketertawanan hati yang tak gampang dialihkan. Tetapi, Umar bisa. Dan mengapa bisa...??

Ternyata cinta bagi Umar adalah kata kerja.Maka menata ulang cinta baginya hanyalah menata ulang kerja dan amalnya dalam mencintai. Ia tak berumit-rumit dengan apa yang ada dalam hati. Biarlah hati menjadi makmum bagi kerja-kerja cinta yang dilakukan oleh amal shalihnya.

Umar sedang bangun cinta dan itu memiliki letak yang lebih tinggi dari keadaan jatuh cinta. Jatuh cinta persoalan hati yang berdampingan dengan kerapuhan hati dikala gundah. Tapi,bangun cinta akan memberi dorongan kuat untuk tetap bertahan dalam kondisi apapun. Sebab,ketika seseorang memutuskan untuk mencintai berarti dia telah memutuskan untuk memberi.Dan memberi adalah sebuah kata kerja.
Merubah jatuh cinta menjadi bangun cinta berarti merubah kata sifat menjadi kata kerja.Sehingga,sakit hati oleh persoalan cinta menjadi hal kecil yang dapat terlampaui oleh kerja2 amal sholih.

Seperti itulah yang dilakukan oleh Umar dan demikian juga oleh sang desainer peradaban.

Comments (1)

On 17 Januari 2012 pukul 08.43 , Anonim mengatakan...

Bangun cinta menghasilkan pribadi tak melankolis...