Seni selalu menarik untuk dibicarakan bukan hanya karena keindahannya, tetapi pada realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang disadari atau tidak, manusia tidak dapat lepas dari seni. Seni rupa, seni musik, seni drama, seni tari, seni sastra, dan lain-lain, kesemua itu sulit untuk bisa dipisahkan dari hasrat hati yang menyukai keindahan dan manfaat dari seni terapan.
Manusia yang tanpa berfikir panjang akan menerima segala bentuk yang menurutnya indah, menyenangkan, dan diterima sebagai kategori kesukaannya, dan ini adalah tabiat yang pada kenyataannya dimiliki oleh manusia. Namun, hidup tak mengalir dengan begitu saja, melainkan dalam segala prosesnya memerlukan kedalaman berfikir dan menyikapi segala sesuatunya dengan kritis, walaupun itu adalah sesuatu yang menurut pendapat kuat pribadi seseorang merupakan kesukaannya dan layak untuk diterima.
Keindahan adalah saudaranya seni. Berbicara seni, tak akan lepas dari pembicaraan tentang keindahan. Namun, untuk memberi tanggapan yang baik terhadap seni, maka, wawasan tentang dunia seni dan keindahan itu menjadi urgent untuk dipahami. Agar tidak berakhir sebagai sesuatu yang hanya sebatas “Mengetuk pintu rumah” belaka.
Seni, seperti agama dan ilmu, tidak dapat dimasukkan kedalam pengertian yang sederhana. Oleh karena itu, terlalu naïf untuk menarik garis tajam antara seni dan kegiatan manusia lainnya. Berbicara tentang pengertian seni dan keindahan, berarti membuka pembicaraan yang luas, karena seni memiliki berbagai definisi dari berbagai pemikir seni ataupun ahli estetika, dan mungkin “Anda” pun memberi pengertian yang berbeda tentang seni itu sendiri. Namun, sampai saat ini belum ada satupun diantara definisi tersebut yang dapat memuaskan semua orang. Keberagaman itu terjadi disebabkan antara lain sudut pandang yang berbeda di dalam mencerap fenomena seni yang memang banyak dimensinya.
Demikian halnya juga dengan keindahan, setiap orang punya pengalaman serta tanggapan terhadap sesuatu yang disebut sebagai hal yang indah. Pengalaman serta tanggapan setiap orang yang bersifat relatif menyebabkan timbulnya berbagai pandangan tentang keindahan. Perbedaan pandangan itulah yang melahirkan bermacam-macam konsep tentang keindahan.
Perlu diingat bahwa hidup memiliki berbagai macam aspek. Antara aspek seni dan agama merupakan dua macam segi yang sebenarnya tak dapat dipisah,sama halnya dengan agama dan politik, atau agama dan aspek sosial. Bagaimanapun orang mengartikan seni dan keindahan, semua itu tak dapat lepas dari realita hidup bahwa terdapat keragaman dari setiap individu, baik itu keragaman paradigma, adat istiadat, agama, suku dan ras, dll. Seni hanya akan menjadi barang tak berguna, jika diterapkan pada lokasi yang tak tepat.
Realita yang sangat tidak bisa dipungkiri adalah agama menjadi pemenang dalam segala aspek kehidupan. Itu berarti dalam mengartikan seni,haruslah mempertimbangkan espek keagamaan. Islam adalah sebuah agama yang universal, tidak meninggalkan seni dengan begitu saja. Agama memberi posisi tersendiri terhadap seni. Bagaimana seni yang layak sesuai porsinya dan tidak berlebihan. Oleh karena itu, senipun selayaknya memiliki aturan main dalam sepak terjangnya serta memiliki etika dan norma dalam setiap pengaplikasiannya, agar seni memiliki harga diri dan tidak selalu dipandang sebagai kambing hitam jika terjadi kontroversi di dalam masyarakt.
Seni yang setiap keberadaannya selalu membuat mata berbinar, jika tidak mempertimbangkan hal tersebut, maka yang ada hanyalah proses pengejaran popularitas dan materi belaka, tetapi tidak memiliki makna yang mampu membuat penikmatnya menjadi sadar dan mengerti akan kehadiran seni sebagai sesuatu yang indah dan mampu mengisi relung jiwa dengan keindahan yang berbobot. Seni yang hanya dipergunakan sebagai alat untuk proses pengejaran popularitas dan materi semata tanpa mempertimbangkan dampak yang terjadi belakangan, akan membuat kehadiran seni dalam masyarakat sebagai sesuatu yang tidak penting adanya.Bahkan pada taraf yang lebih sadis, seni dianggap sebagai sesuatu yang haram dan berdosa jika dipelajari apalagi didekati, karena disaat demikian halnya, seni tersebut tak indah lagi.